TINGKAH LAKU TERPUJI
DISUSUN OLEH :
Nursidah
170101040537
Nur
Anida 170101040231170101040537
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pengurus seluruh alam, atas berkah dan
karunia-Nyalah makalah yang berjudul: “Tingkah Laku Terpuji”. Studi
Mengenai Hadits Tingkah laku Terpuji dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat
dan salam semoga tercurah limpahkan kepada guru besar umat muslim yaitu Nabi
Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabat serta pengikut ajarannya
hingga akhir zaman.
Makalah
ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah hadits, dan
merupakan pembahasan lanjutan dari materi sebelumnya. Sebagai sumber hukum
kedua setelah Al-Qur`an, maka kajian mengenai hadits pun menjadi sangat urgen
dalam rangka mendapatkan pedoman hidup yang lengkap dengan pemahaman yang
benar.
Semoga
makalah ini mampu memberikan pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi yang
telah mengetahuinya dan menjadi wawasan yang sangat berharga bagi yang baru
mengetahuinya. Kekurangan di setiap halaman, bab dan kandungan makalah
menunjukan kelemahan penyusun yang masih dalam tahap belajar. Semoga
bermanfaat.
Banjarmasin, Maret 2018
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
BAB II
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak
keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan
maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan
berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya
untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak
hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan
membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan
dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri
orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kekemanisan yang
akan diapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas
seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku
terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji
yang berdasar pada hadits Rasulullah saw.
1.2
Tujuan Pembahasan
Tujuan
penyusunan makalah ini yaitu,
1.
mengetahui pentingnya kejujuran.
2.
mengetahui bahwasannya kejujuran itu membawa kebajikan.
3.
menyadari bahwa kejujuran menyebabkan seseorang memperoleh pertolongan Allah.
1.3 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari permasalahan
sebagai berikut:
1.
Pengertian dari pentingnya kejujuran
2.
Kejujuran membawa kebaikan
3.
Orang jujur mendapat pertolongan Allah
1.4 Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini antara lain:
1.
Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah hadist.
2.
Untuk menjelaskan tingkah laku terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian jujur
Jujur
adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur
tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini maka mereka akan dapat
menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya
tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan
yakni masih saja banyak orang belum jujur jika dibandingkan dengan
orang yang telah jujur. Berikut ini saya akan mencoba memberikan
penjelasan sebatas kemampuan saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah
kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada
seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang
itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena
tersebut. Jika orang itu menceritakan informasi tentang
gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan
realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran
merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman
itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil
saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun
terbiasa untuk jujur.
Menjadi
orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan
masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih
menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka
ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya.
Ketika seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan
diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan
para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu
berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik
oleh orang-orang di sekitarnya.
2.2 Pentingnya Kejujuran (RM: 54, h. 51)
199- وعن أبي هريرة – رضي
الله عنه – أن رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم – قَالَ : آيةُ المنافقِ ثلاثٌ :
إِذَا حدَّثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أخْلَفَ, وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
مُتَّفَقٌ عَلَيه
أخرجه: البخاري 1/15 (33),
مسلم 1/56(59)(107) و (109).
Dari
Abu Huraiah ra; bahwasanya Rasulullah saw bersabda : tanda orang yang munafik
itu ada tiga; apabila ia berbicaramaka ia berdusta, apabila dia bejanji dia
tidak menepatinya,dan apabila dia dipercaya dia berkhianat. ( Muttafaq’alayh)
Penjelasan
Hadis
Hadis
ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari
Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus
diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga
perilaku tersebut adalah:
a. Orang
yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat
atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk menjadikan
orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat
dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu
persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam
berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan.
debatnya dengan berbagai cara.
Sebenaya,
tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam
mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa
diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan
didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak
sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh
orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang
seperti itu, biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara
apapun. Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu
fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan
dianggap salah satu perbuatan sesat.
Rasulullah SAW. Bersabda:
ما ضل قوم بعد أن هداهم الله إلا
أوتواالجدل. (رواه الترمذى عن أبى أمامة)
Artinya:
"Tidaklah
sesat suatu kaum setelah mendapat
petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan perdebatan.” (H.R.
At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)
Adapun
dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan
umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang
dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah
dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala
yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.
b. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan
orang lain, juga merugikan diri sendiri.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang
bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun
dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah
saw. Satu tempat ditengah surga.
c. Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang
disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah
bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik,
serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu
selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga
dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesama manusia lain.
Dalam
hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu
yang telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga
perilaku dalam pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis
tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi keegoan, berdebat yang
benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga
menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dusta itu
perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alasan
apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam
hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik.
Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi
Allah Swt dan juga di janjikan surga serta dianggap sebagai orang yang
paling baik diantara sesama manusia yang lain.
2.3 Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)
حَدِيثُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَال: إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى
الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ
الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا. ﴿رواه البخاري
و مسلم ﴾
1675. abdullah bin Mas’uud ra, berkata: Nabi saw bersabda :
Sesungguhnya benar ( jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu
menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga mencatat disisi
Allah seorang siddiq ( yang sangat jujur benar). Dan dusta menuntunke
lancung,dan lancung(curang) itu menuntun kedalam nereka. Dan seorang itu
berdusta sehingga tercatat disisi Allah sebagai pndusta. ( Bukhari dan Muslim)[1]
Penjelasan Hadis
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa
siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya
dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta
menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut
sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran
dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan
akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke
neraka.
Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan
dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur,
baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam surga dan
mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orany yang sangat
jujur dan benar, bahkan dalam
Al-quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan
kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan
melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa” ( QS
Az-zumar:33 )
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada
siapa saja, baik kepada Allah swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang
jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya,
serta mengikuti segala sunah Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya
kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. [2]
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang
paling taat kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang
baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata
“jangan bohong”. Perkataan rasulullah saw terus
mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan
suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya
dan dia harus jujur, dia pun tidak jadi
melakukan perbuatan terlarang tersebut.
Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang
Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
· Setiap
perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,
· Siddiq
sebagai cerminan kebaikan,
Jika seorang berusaha untuk berkata benar,
manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun
sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain merugikan
dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang
mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan
kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.
Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada
kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq.
Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan
menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai pendusta.
Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang
karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama
diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah,
Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki
sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu
Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya
c. Orang
Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى
اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ
البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهُمَا﴾
1. Terjemahan Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu dari
Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia
(berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya
untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya
(merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu”. (HR. Al-Bukhari, Ibnu Majah
dan yang lainnya)
2. Penjelasan Hadist
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian
orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan
sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah swt. Akan menolong
mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya
dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik
modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang
tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk
menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan menghentikan usahanya,
yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[4]
Dalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata
jujur karena orang yang jujur akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt.
Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan
harta orang lain) dengan baik, karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu
amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.
2.4 Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.
Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang
dianjurkan oleh Islam.
2.
Diantara petunjuk Islam hendaknya
perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.
Jujur merupakan sebaik-baik sarana
keselamatan di dunia dan akhirat.
4.
Seorang mukmin yang bersifat jujur
dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5.
Membimbing rekan lain bahwa jujur itu
jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6.
Menjawab secara jujur ketika ditanya
pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
7.
Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang
Islam.
8.
Wajib menasihati orang yang mempunyai
sifat dusta.
9.
Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke
neraka.
BAB III
PENUTUP
3.1 simpulan
Tiga perilaku
penting yang mendapatkan jaminan surga dari rasulullah
bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus di iringi
berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku
tersebut adalah:
1. Orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu
pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat
atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun
orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih
ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia
berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang
dalam islam apa lagi kalau bedebat dalam mempertahankan akidah. Hanya saja,
perdebatan sering kali membuat orang lupa diri terutama
kalau perdebatannya oleh keegoan masing-masing, bukan di dasarkan pada
keinginan untuk mencari kebenaran.
2.
Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain
merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang
bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun
dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh
rasuallah saw satu tempat
ditengah surga.
3. Orang yang
baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang
meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan
manusia adalah akhlak terpuji. Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya
adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang
baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat
seperti itu selain dijanjikan surge sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas,
juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.Sifat
jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu
sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur
berarti ia telah bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan
kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa
takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan
malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya..
3.2 Saran
Dari
pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah
kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan
sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan
dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku
pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil
rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam
makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku –
buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara
mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan
akhlak terpuji tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Imam
abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin, Semarang:
Thaha putra, t.t.
Racmat syafe’I, Prof. Dr.
H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
Syafe’i, 2000 al-hadis
aqidah,akhlaq, social dan hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Khalil al-musawa,2011 terapi akhlak, Jakarta ZAYTUNA PT Ufuk
publising house
Abdul qodir ahmad atha,1999, Adabun Nabi, Jakarta, pustaka azzam
[2] Imam abu hamid
Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin, semarang:Thaha putra,
t.t, h.114
Komentar
Posting Komentar