Langsung ke konten utama

Makalah Hadis Tentang Tingkah Laku Terpuji


TINGKAH LAKU TERPUJI


DISUSUN OLEH :

Nursidah                                 170101040537
Nur Anida                               170101040231170101040537




KATA PENGANTAR


Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pengurus seluruh alam, atas berkah dan karunia-Nyalah makalah yang berjudul: “Tingkah Laku Terpuji”.  Studi Mengenai Hadits Tingkah laku Terpuji dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada guru besar umat muslim yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabat serta pengikut ajarannya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah hadits, dan merupakan pembahasan lanjutan dari materi sebelumnya. Sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur`an, maka kajian mengenai hadits pun menjadi sangat urgen dalam rangka mendapatkan pedoman hidup yang lengkap dengan pemahaman yang benar.
Semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi yang telah mengetahuinya dan menjadi wawasan yang sangat berharga bagi yang baru mengetahuinya. Kekurangan di setiap halaman, bab dan kandungan makalah menunjukan kelemahan penyusun yang masih dalam tahap belajar. Semoga bermanfaat.





Banjarmasin, Maret 2018


Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
BAB III                        
DAFTAR PUSTAKA           














BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Banyak keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kekemanisan yang akan diapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasar pada hadits Rasulullah saw.
                                                         

1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu,
1.      mengetahui pentingnya kejujuran.
2.      mengetahui bahwasannya kejujuran itu membawa kebajikan.
3.      menyadari bahwa kejujuran menyebabkan seseorang memperoleh pertolongan Allah.

1.3  Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari permasalahan sebagai berikut:
1.   Pengertian dari pentingnya kejujuran
2.   Kejujuran membawa kebaikan
3.  Orang jujur mendapat pertolongan Allah


1.4  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah hadist.
2.      Untuk menjelaskan tingkah laku terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi Allah SWT.






























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian jujur
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini  maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni   masih saja banyak orang belum jujur  jika dibandingkan dengan orang  yang telah jujur.  Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan  sebatas kemampuan  saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Jika  orang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya. Ketika  seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik oleh orang-orang di sekitarnya.






2.2  Pentingnya Kejujuran (RM: 54, h. 51)

199- وعن أبي هريرة – رضي الله عنه – أن رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم – قَالَ : آيةُ المنافقِ ثلاثٌ : إِذَا حدَّثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أخْلَفَ, وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
مُتَّفَقٌ عَلَيه
أخرجه: البخاري 1/15  (33), مسلم 1/56(59)(107) و (109).
Dari Abu Huraiah ra; bahwasanya Rasulullah saw bersabda : tanda orang yang munafik itu ada tiga; apabila ia berbicaramaka ia berdusta, apabila dia bejanji dia tidak menepatinya,dan apabila dia dipercaya dia berkhianat. ( Muttafaq’alayh)
Penjelasan Hadis
Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:

a.      Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan. debatnya dengan berbagai cara.
Sebenaya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu, biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat.

 Rasulullah SAW. Bersabda:
ما ضل قوم بعد أن هداهم الله إلا أوتواالجدل. (رواه الترمذى عن أبى أمامة)
Artinya:
"Tidaklah  sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan perdebatan.” (H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.

b.      Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan diri sendiri.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surga.

c.       Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesama manusia lain.

Dalam hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu yang telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku dalam  pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat  dengan dilandasi keegoan, berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dusta itu perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alasan apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi Allah Swt dan juga di janjikan surga  serta dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia yang lain.

2.3  Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)

حَدِيثُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَال: إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا. ﴿رواه البخاري و مسلم ﴾

       Penjelasan Hadis
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk. 
Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan  pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orany yang sangat jujur dan benar, bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa” ( QS Az-zumar:33 )


Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. [2]
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan rasulullah saw terus mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia  harus jujur, dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.
Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:[3]
·        Setiap perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,
·       Siddiq sebagai cerminan kebaikan,
Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.



Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai pendusta.
Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah,  Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya

      c. Orang Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهُمَا﴾
1.      Terjemahan Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu”. (HR. Al-Bukhari, Ibnu Majah dan yang lainnya)
2.      Penjelasan Hadist
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah swt. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[4]
Dalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.


2.4 Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.        Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2.        Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.        Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4.        Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5.        Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6.        Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
7.        Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8.        Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9.        Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.






















BAB III
PENUTUP
3.1 simpulan
Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1.      Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam islam apa lagi kalau bedebat dalam mempertahankan akidah. Hanya saja, perdebatan sering kali membuat orang lupa diri terutama kalau perdebatannya oleh keegoan masing-masing, bukan di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
2.      Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw satu tempat ditengah surga.
3.   Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji. Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surge sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah,  Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya..
3.2 Saran
Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah  kami sajikan dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku – buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji tersebut.

























DAFTAR PUSTAKA


Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin, Semarang: Thaha putra, t.t.

Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
Syafe’i, 2000 al-hadis aqidah,akhlaq, social dan hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Khalil al-musawa,2011 terapi akhlak, Jakarta ZAYTUNA PT Ufuk publising house
Abdul qodir ahmad atha,1999, Adabun Nabi, Jakarta, pustaka azzam



[1] Syafe’i,al-hadis, aqidah,akhlaq, social dan hokum, Bandung: pustaka setia,2000, h. 84
[2] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin, semarang:Thaha putra, t.t, h.114

[3] Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia

[4] Fauziyah Mz. Ba , dkk,1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur


Komentar