Langsung ke konten utama

Makalah Haji dan Umrah


( HAJI DAN UMRAH )







Disusun Oleh:



Amalia                                           NIM :  170101040236

Maya Rezka Amalia                      NIM :  170101040086







KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Haji dan Umrah.




    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

    

    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

    

    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Haji dan Umrah ini dapat memberikan manfaat maupun pembelajaran terhadap pembaca.

    

                                                                                    



  Banjarmasin, Februari 2018


    

                                                                           

   Tim Penulis 










DAFTAR ISI

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii



BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2  Rumusan Masalah................................................................................... 1

1.3  Tujuan Penulisan..................................................................................... 1



BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Haji ....................................................................................... 2

2.2 Syarat- Syarat Wajib Haji dan Rukun-Rukunnya................................... 3

2.3 Tata Cara Pelaksanaan Haji..................................................................... 5

2.4 Pengertian Umrah.................................................................................... 8

2.5 Syarat- Syarat Wajib Umrah dan Rukun-Rukunnya…………………... 8

2.6 Larangan-Larangan Ketika Melaksanakan Haji dan Umrah…………... 9

2.7 Beberapa jenis denda(dam)…………………………………………….10

2.8 Tahallul (penghalalan beberapa larangan) …………………………….10



BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan................................................................................................. 12

3.2 Kritik dan Saran..................................................................................... 12



DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Haji merupakan rukun Islam kelima yang diwajibkan atas setiap muslim yang merdeka, baligh, dan mempunyai kemampuan, dalam seumur hidup sekali. Namun, dari kalangan umum atau masyarakat banyak mulai dari golongan petani, pedagang, pegawai dan lain sebagainya masih banyak yang belum mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan dalam melakukan umrah atau haji, sehingga dengan demikian maka semestinya bila kita menjelaskan dengan sedikit pendapat yang diambil dari beberapa pendapat para imam mazhab yang telah menjadi suri tauladan dan pegangan untuk dijadikan rujukan bagi kita kalangan awam, sehingga kita dalam melaksanakan ibadah haji tidak hanya sekedar pergi begitu saja ke tanah Makkah dengan menelan biaya jutaan rupiah atau hanya sekedar menikmati mengendarai pesawat terbang atau jalan-jalan di tanah suci Makkah atau Madinah.



1.2  Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa persoalan sebagai berikut:

1.      Apa pengertian dan Hukum Haji dan Umrah?

2.      Apa saja syarat, rukun, wajib, sunnah Haji dan Umrah?

3.      Bagaimana pelaksanaan Haji?



1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan membuat makalah ini adalah

1.      Mengetahui pengertian dan Hukum Haji dan Umrah

2.      Memperkenalkan syarat, rukun, wajib, sunnah Haji dan Umrah kepada pembaca.

3.      Mengetahui pelaksanaan Haji








\

BAB II

PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Haji

Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan istilah. Dari segi bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar’i haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu.

Dalil / Perintah Tentang Ibadah Haji

1. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an1 Surat Ali Imran ayat 97, yaitu :

Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).

2. Hadits

Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang artinya sebagai berikut :

“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak tidak akan menyadari, sesuatu halangan yang akan merintanginya”. (H.R. Ahmad)

Setiap orang hanya diwajibkan mengerjakan ibadah haji satu kali saja dalam seumur hidupnya, tetapi tidak ada larangan untuk mengerjakan lebih dari satu kali.

Mengenai hukum Hukum Ibadah Haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu. Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

Pendapat ulama dalam hal menentukan permulaan wajib haji ini tidak sama sebagian mengatakan pada tahun keenam hijriah,dan yang lain mengatakan pada tahun kesembilan hijriah.



Haji diwajibkan atas orang yang kuasa, satu kali seumur hidupnya. Firman Allah Swt: Surah Ali-Imran:97. Ibadah haji wajib segera dikerjakan. Artinya, apabila orang tersebut telah memenuhi syarat-syaratnya,tetapi masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakan pada tahun itu). Maka ia berdosa karna kelalaian nya itu.



2.2 Syarat- Syarat Wajib Haji dan Rukun-Rukunnya



Syarat Haji

1.      Islam. (Tidak wajib,tidak sah haji orang kafir).

2.      Berakal. (Tidak wajib atas orang gila dan orang bodoh).

3.      Balig. (Sampai umur I5 tahun, atau balig dengan tanda-tanda lain). Tidak wajib haji atas anak-anak.

4.      Kuasa. (Tidak wajib haji atas orang yang tidak mampu).

Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat sebagai berikut:

·         Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi ke Mekah dan kembalinya.

·         Ada kendaraan yang pantas dengan keadaannya,baik kepunyaan sendiri ataupun denga jalan yang menyewa.

·         Aman perjalannya.

·         Syarat wajib haji bagi perempuan,hendaklah dia berjalan bersama mahramnya,bersama sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan perempuan yang dipercayai.

Rukun Haji

1.       Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji

2.       Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yaknihadirnya seseorangyang berihram untuk haji, sesudahtergelincirnya mataahari yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah.

3.       Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)

Syarat Tawaf

·         Menutup aurat.

·         Suci dari hadas dan najis.

·         Ka’bah hendaklah disebelah kiri orang yang tawa.

·         Permulaan tawaf itu hendaklah dari Hajar Aswad.

·         Tawaf itu hendaklah tujuh kali.

·         Tawaf itu hendaklah di dalam mesjid karena Rasulullah Saw.melakukan tawaf di dalam mesjid.

Macam-macam Tawaf

·          Tawaf qudum (tawaf ketika baru sampai) sebagai salat Tahiyatul mesjid.

·         Tawaf ifadah (tawaf rukun haji).

·         Tawaf wada’ (tawaf ketika akan meninggalkan Mekah).

·         Tawaf tahallul (penghalalan barang yang haram karena ihram).

·         Tawaf nazar (tawaf yang dinazarkan).

·         Tawaf sunat.



4.       Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali

Syarat-Syarat Sa’i

·         Hendaklah dimulai dari Bukit Safa dan disudahi di Bukit Marwah.

·         Hendaklah sa’i itu tujuh kali karena Rasulullah Saw. telah sa’i tujuh kali. Dari Bukit Safa ke Marwah dihitung satu kali, kembalinya dari Marwah ke Safa dihitung dua kali, dan seterusnya.

Waktu sa’i itu hendaklah sesuatu tawaf, baik tawaf rukun maupun tawaf qudum.

5.       Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai untuk kepentingan ihram

6.       Tertib yaitu berurutan

2.3 Tata Cara Pelaksanaan Haji

1.Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah)

1.      Mandi dan berwudlu

2.      Memakai kain ihram kembali

3.      Shalat sunat ihram dua raka’at

4.      Niat haji :

“Labbaika Allahumma Bihajjatin”

.   Berangkat menuju ‘Arafah

membaca talbiyah, shalawat dan do’a :

Talbiyah : “Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika  Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.

2. Di Arafah

1.      waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a

2.      menunggu waktu wukuf

3.      wukuf  (pada tanggal 9 Djulhijjah)

·         Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah  pada tanggal 9 Djulhijjah  meskipun hanya sejenak

·         waktu wukuf dimulai dari waktu  Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai  terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah

·         Doa wukuf

  Berangkat menuju muzdalifah sehabis Maghrib

·         Agar tidak terlalu lama menunggu waktu sampai  lewat tengah malam (mabit) di Muzdalifah  hendaknya jemaah meninggalkan Arafah sesudah  Maghrib (Maghrib-isya di jama takdim)

·         Waktu berangkat dari Arafah hendaknya berdo’a

3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)

1.      Waktu sampai di Muzdalifah berdo’a

2.      Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jumrah

3.      Menuju Mina

4. Di Mina

1.      Sampai di Mina hendaklah berdo’a .

2.      Selama di Mina kewajiban jama’ah adalah melontar jumroh dan bermalam (mabit)

3.      Waktu melempar jumroh

·      melontar jumroh aqobah waktunya setelah tengah malam , pagi dan sore. Tetapi diutamakan sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah

· melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.

o    Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil

o    Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal). Dengan selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli isteri. setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan hendaklah pergi  ke Mekkah untuk thawaf ifadah dan sa’i  tetapi harus kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.

o    Pada tanggal 11, 12  Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar awal.

o    Bagi jama’ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar tsani.

o    Bagi jama’ah haji yang blm membayar dam hendaklah menunaikannya disini dan bagi yang mampu, hendaklah memotong hewan kurban.

o    Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui jama’ah adalah sebagai berikut :

§  Masalah Mabit di Mina

§  Masalah melontar jumroh

§  melontar malam hari

§  melontar dijamakkan

§  tertunda melontar jumroh Aqobah

§  mewakili melontar jumroh

5. Kembali ke Mekkah

1.      Thawaf Ifadah

2.      Thawaf Wada

3.      Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang      pertama, berangkat ke Jeddah untuk kembali ke tanah air.



2.4 Pengertian Umrah

Umrah, artinya mengunjungi Ka”bah atau meramaikan Masjidil Haram. Karena ibadah itu di lakukannya hamper bersamaan,  maka di sebut juga haji kecil. Seperti haji,  umrah hukumnya fardu’ain bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya.

Hukum umrah adalah fardhu ain atas tiap-tiap orang laki laki atau perempuan,sekali seumur hidup,seperti haji. Firman Allah Swt dalam surah AI-Baqarah ayat I96.



2.5  Syarat- Syarat Wajib Umrah dan Rukun-Rukunnya



Wajib Umrah

1.      Ihram dari miqat-nya

2.      Menjauhkan diri dari segala muharramat atau larangan umrah, yang banyaknya sama dengan muharramat atau larangan haji.



 Rukun Umrah

1.      Ihram serta berniat.

2.      Tawaf (berkeliling) ka’bah.

3.      Sa’i antara bukit safa dan marwah.

4.      Bercukur atau bergunting, sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.

5.      Menertibkan keempat rukun tersebut diatas.

MIQAT UMRAH

·         Miqat zamani(ketentuan masa), yaitu sepanjang tahun boleh ihram atau umrah.

·         Miqat makani(ketentuean tempat), seperti haji,berarti tempat ihram haji yang telah lalu itu juga tempat ihram umrah. Kecuali bagi yang bermaksud umrah dari mekkah, hendaklah dia keluar dari tanah haram ke tanah halal. Jadi, miqat orang yang di Mekah adalah tanah halal.



2.6  Larangan-Larangan Ketika Melaksanakan Haji dan Umrah



Laki-laki:

1.      Dilarang memakai pakaian yang berjahit,baik jahitan biasa atau bersulaman, atau diikatkan kedua ujungnya. Yang dimaksud adalah tidak boleh memakai pakaian yang melingkungi badan (seperti kain sarung). Yang diperbolehkan ialah kain panjang, kain basahan, atau handuk.Boleh juga memakai kain tersebut kalau karena keadaan yang mendesak, seperti karena sangat dingin, atau panas, tetapi ia wajib membayar denda (dam).

2.      Dilarang menutup kepala, kecuali karena suatu keperluan,maka diperbolehkan, tetapi ia wajib membayar denda (dam).

Perempuan:

Dilarang menutup muka dan dua telapak tangan, kecuali apabila keadaan mendesak, maka ia boleh menutup muka dan dua telapak tangannya,tetapi diwajibkan membayar fidyah.



Keduanya, laki-laki dan perempuan

1.      Dilarang memakai wangi-wangian, baik pada badan maupun pakaian.

2.      Dilarang menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain,begitu juga berminyak rambut.

3.      Dilarang memotong kuku.

4.      Dilarang mengakadkan nikah (menikahkan,menikah, atau menjadi wakil dalam akad pernikahan).

5.      Dilarang bersetubuh dan pendahuluannya.

6.      Dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.



2.7 Beberapa jenis denda(dam)



1.      Dam (denda)tamattu’ dan qiran. Artinya, orang yang mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu’ atau qiran, ia wajib membayar denda; dendanya wajib diatur sebagai berikut:

a.      Menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban.

b.      Kalau tidak sanggup memotong kambing, ia wajib puasa sepuluh hari: tiga hari wajib dikerjakan sewaktu ihram paling lambat sampai hari raya haji, tujuh hari lagi wajib dikerjakan sesudah ia kembali kenegerinya.

2.      Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan berikut:

a.      Mencukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih.

b.      Memotong kuku.

c.       Memakai pakaian yang berjahit.

d.      Berminyak rambut.

e.       Memakai minyak wangi baik pada badan ataupun pada pakaian.

f.       Pendahuluan bersetubuh, dan bersetubuh sesudah tahallul pertama

Denda kesalahan tersebut boleh memilih antara tiga perkara: Menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban,puasa tiga hari, atau bersedekah tiga sa’(9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.

3.      Dam (denda) karena bersetubuh yang membatalkan haji dan umrah apabila terjadi sebuah tahallul pertama.

4.      Dam (denda) membunuh buruan (binatang liar).

5.      Dam (denda) karena terkepung (terhambat)



2.8 Tahallul (penghalalan beberapa larangan)



Penghalalan beberapa larangan ada tiga perkara:

1.      Melontar jumrah ‘Aqabah pada hari raya.

2.      Mencukur atau menggunting rambut.

3.      Tawaf yang diiringi dengan sa’i, kalau ia belum sa’i sesudah tawaf qudum.

Apabila dua perkara di antara tiga perkara tersebut telah dikerjakan, halallah baginya beberapa larangan berikut ini:

a.       Memakai pakaian berjahit.

b.      Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka dan telapak tangan bagi perempuan.

c.       Memotong kuku.

d.      Memakai wangi-wangian, berminyak rambut, dan memotongnya kalau ia belum bercukur.

e.       Berburu dan membunuh binatang yang liar.





















BAB III

KESIMPULAN



3.1     Simpulan

Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan syari’at yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, beribadah banyak macamnya. Adapun yang menjadi tolak ukur seorang hamba di dalam ibadahnya yaitu dengan penyempurnaan rukun Islam kita yaitu ibadah haji. Ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan ini, yakni :

·         Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib kita laksanakan apabila kita mampu.

·         Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam yang lain dari seluruh dunia.

·         Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus dan itu untuk haji yang mabrur.

·         Dengan mengetahui tata cara melaksanakan ibadah haji akan membantu kita dalam pelaksanannya.

·         Dengan mengetahui syarat-syarat, rukun-rukun, dll kita bisa menjauhi apa yang dilarang dan mendekati apa yang diridhai Allah SWT.

3.2     Kritik dan Saran



Penulis telah memberikan gambaran umum tentang pengertian Haji dan Umrah, Rukun-rukunnya, Syarat-syaratnya, tata cara pelaksanaannya. Namun tidak menutup kemungkinan, banyak persoalan seputar pembahasan yang diangkat yang belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih khusus dosen pemandu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA



H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2017).

Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahannya, Gema Risalah Pers, Bandung.

Maulana Ilyas, Sunnah-Sunnah Rasul 24 jam, Pustaka Antafani, Bandung.





Komentar